Khutbah Idul Adha 1445 H/2024 M;
Hakikat Ibadah Haji dan Ibadah Qurban
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الِلّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا, وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً, لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ . الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd
Jamaah shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah…,
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadhirat Allah Swt., karena hari ini kita kembali menjadi saksi betapa luasnya kasih-sayang Allah Azza wa Jalla kepada kita semua. Pagi hari ini, kita kembali merasakan betapa besarnya rahmat dan ampunanNya untuk kita semua. Dosa demi dosa kita kerjakan nyaris sepanjang hari, perintah demi perintah-Nya hampir kita abaikan setiap saat. Tapi lihatlah, Allah Azza wa Jalla yang Maha Pengasih itu tidak pernah bosan memberikan kesempatan demi kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan kembali padaNya. Allah Azza wa Jalla yang Maha Penyayang itu tidak pernah menutup pintu ampunanNya yang luas.
Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan pengikut semuanya hingga akhir zaman. Semoga pada hari kiamat nanti, kita dan keluarga besar kita mendapatkan syafa'at dari beliau.. Aamiin...Allahumma Aamiin…
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd
Kaum muslimin yang berbahagia….!
Dipagi hari yg mulia ini gema takbir, tahlil, dan tahmid memecah suasana dikeheningan 10 dzulhijah tahun 1445 H yang membahana sejak kemarin selepas sholat Magrib. Pada hari ini kita telah melaksanakan sholat 'id secara berjamaah sebagai wujud ketakwaan kepada Alloh Swt., dengan membesarkan dan mengagungkan nama Alloh serta memujinya.
Perayaan Idul Adha selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua ibadah pokok yang selalu menonjol dalam momen tersebut; pertama, ibadah haji. Jutaan Mulim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Hari ini, tanggal 10 Dzhulhijjah adalah hari yang istimewa untuk umat Islam seluruh dunia. Saudara kita yang berhaji memenuhi panggilan Allah sedang menjalani rangkaian puncak ibadah haji di Makkah, Arafah, Muzdalifah dan Mina. Sedangkan yang tidak melaksanakan haji, dapat menjalankan sholat Idul Adha, dilanjutkan dengan ibadah kurban sampai berakhirnya hari Tasyrik.
Ibadah haji adalah ibadah yang diwujudkan dengan jiwa dan harta, panggilan dari Allah Swt. Sebuah nikmat yang tidak didapatkan oleh semua orang. Ada orang-orang yang memiliki harta namun ia tidak menyiapkan hatinya untuk berangkat ke baitul haram, sehingga tidak terwujud ibadah haji pada dirinya. Ada juga mereka yang ingin berangkat namun tidak memiliki kemampuan harta atau sedang mengalami sakit yang menghalangi mereka dari ibadah haji yang mulia.
Ibadah haji secara syar’i hukumnya wajib. Tetapi hukum wajibnya tidak bersifat mutlak karena hanya ditujukan kepada mereka yang telah mampu. Oleh karena itu sangat jelas dinyatakan bahwa ibadah haji adalah wajib bagi orang-orang yang telah mampu sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran, surat Ali Imran, ayat 97, sebagai berikut:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
“Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah.”
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah…
Syariat ibadah haji yang dilaksanakan kaum Muslimin, mengandung makna mendalam bagi kehidupan ini. Dalam pelaksanan ibadah haji, jutaan manusia berkumpul di satu tempat. Puncaknya adalah ketika wukuf di Arafah. Para jamaah menanggalkan semua atribut, pangkat, jabatan, dan semua identitas kesukuan. Mereka hanya memakai kain ihram berwarna putih, sebagai simbol kesucian. Orang yang menunaikan ibadah haji, berkumpul di padang Arafah, dengan pakaian yang sama, tanpa membedakan latar belakang pendidikan, suku, ras dan bahasa. Hal itu menunjukkan bahwa di hadapan Allah Ta’ala, seluruh manusia memiliki kedudukan setara. Ibadah haji juga menegaskan, keimanan dan keikhlasan itulah yang menjadi dasar persatuan, bukan karena kepentingan pribadi, dan ambisi merebut kekuasaan. Dengan prinsip itu, Islam akan mampu menebar rahmat bagi seluruh alam.
Masa pelaksanaan ibadah haji adalah masa penghilangan sekat, semua orang berkumpul tanpa memandang bangsa, negara, warna kulit, status sosial seperti yang hendak terjadi besok di padang mahsyar. Mereka berkumpul dengan satu kesamaan yaitu sama-sama merasa sebagai hamba Allah dan sama-sama umat dari Nabi Muhammad Saw. Berangkat dari titik kesamaan ini diharapkan timbul perasaan sebagai saudara, menganggap orang lain bukan sebagai mereka tapi sebagai kita.
Kewajiban haji sebenarnya mengindikasikan agama mendorong ketiadaan jurang pemisah antara orang yang kaya dan miskin. Agama tak melarang orang untuk kaya sebagaimana juga tak terlalu menuntut orang agar meninggalkan kemiskinan. Kaya dan miskin adalah baik ketika didasari tuntunan agama. Menjadi orang kaya berarti siap memikul tanggung jawab bersama untuk membantu orang yang membutuhan serta menjaga perasaan kaum papa dengan tak menonjolkan kekayaan di depan mereka. Menjadi miskin tak berarti berhenti berusaha dan hanya mengharap belas kasih orang. Yang terpenting adalah keseimbangan hidup diantara semua elemen masyarakat. Yang kaya selalu mengulurkan tangan sebelum diminta, yang tak punya tak merendahkan diri dengan selalu berharap pada pemberian. Semua berusaha meraih rizki untuk kemudian berbagi. Dengan memperhatikan masyarakat sekitar sebelum meutuskan berangkat haji kemudian berkumpul dengan aneka ragam bangsa dan negara di tanah suci sehingga mengerti kondisi umat di lain tempat diharapkan setelah pulang haji para jemaah lebih bersyukur dan lebih ringan untuk membantu sesama. Itulah di antara salah satu hikmah dan manfaat ibadah haji yang hendak diwujudkan oleh agama.
Tidak seorang pun tahu secara pasti, apakah mabrur atau tidak hajinya. Itu hak prerogatif Allah Swt. Kita hanya bisa mengenali kemabruran haji melalui tanda-tandanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw., bersabda;
Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga." Lalu sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya?" Rasulullah SAW menjawab, "Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik." (HR Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi).
Dalam hadits diatas, diantara tanda-tanda haji mabrur, menurut Rasulullah Saw. menyampaikan dua hal, yakni memberi makan orang miskin, dan menebar salam. Memberi makan fakir miskin adalah simbol kepedulian sosial, dan menebar salam adalah simbol kedamaian.
Allahu akbar 3X, La ilaha illallahu Allahu akbar walillahil hamd…
Jama’ah Kaum Muslimin Wal Muslimat yang dimuliakan Allah..!
Ibadah Yang kedua pada bulan Hari raya Idul Adha ini adalah ibadah kurban, ibadah agung yang hanya boleh dipersembahkan kepada Allah Swt.;
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ..,لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya Sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163)
Cobalah kita lihat, kemudian kita renungkan secara dalam keadaan kita pada hari ini, sangat memerlukan pengorbanan dari kita semua. Lihatlah berbagai masalah muncul ditengah-tengah kita; mulai dari rumah tangga, dimasyarakat kita, sampai berbangsa dan bernegara. Bahkan negara-negara Islam difitnah dan dianiaya; dibumi lahirnya para Nabi dan Rasul yaitu Palestina, anak-anak dibunuh, para wanita diperkosa, rumah-rumah mereka dibakar dan dihancurkan, oleh kaum zionis Israil.
Keadaan ini mesti segera dirubah, dan yang akan merubahnya adalah Allah Swt. dan diri kita itu sendiri. Di dalam Al-Quran disebutkan;
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11).
Untuk merobah keadaan yang kita jalani saat ini, jelas adalah suatu perjuangan yang berat, disinilah pengorbanan kita diminta. Kita diminta untuk mengorbankan apa saja, harta kekayaan, fikiran, tenaga, waktu, perasaan bahkan jiwa sekalipun. Disinilah kedudukan yang tinggi disisi Allah akan didapatkan, disinilah kemenangan akan diperoleh, Allah berfirman:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan". (QS. At-Taubah: 20)
Kaum muslimin rahimakumullah…!
Saat ini, kita semua sangat mendambakan tokoh pejuang yang sanggup berkorban, Pemimpin yang benar-benar mau berkorban untuk rakyatnya, bukan hanya sekedar janji palsu, juga masyarakat yang mau berkorban. Lihatlah Rasulullah dan para sahabat terdahulu, mereka berhijrah dari Mekkah ke Madinah; dengan rela meninggalkan kampung halaman, harta benda dan keluarga, mereka berkorban apa saja, bahkan mempertaruhkan nyawa sekalipun. Saat ini masyarakat menunggu pengorbanan dari para pemimpinya, bukan pemimpin yang hanya mengejar kepentingan pribadi dan keluarganya serta kelompoknya. Masyarakat menunggu pengorbanan yang tulus dan ikhlas, pengorbanan yang benar dan jujur, pengorbanan yang murni dan sejati.
Salah satu hakikat ibadah qurban adalah meningkatkan Kasih Sayang. Hikmah yang utama saat kita berkurban adalah meningkatnya kasih sayang kepada siapapun. Kurban merupakan contoh yang sangat kompleks. Kepada hewan ternak sendiri, dianjurkan untuk memilih hewan yang sehat tidak penyakitan, ditambah lagi dengan alat-alat yang tajam agar tidak terjadi penyiksaan terhadap hewan tersebut. Kemudian kepada sesama muslim, apalagi muslim yang tidak mampu berkurban. Dengan adanya kurban, keakraban dan kasih sayang antar sesama terbangun begitu erat. Satu sama lain saling merasakan daging kurban. Apalagi kasih sayang Allah ketika seorang hamba melakukan kurban.
Ketika kita akan berhari raya nanti, tidak semua orang bergembira sebagaimana yang kita rasakan. Cobalah lihat dikampung dan pelosok, diujung jalan dan sudut-sudut pelosok negeri; masih banyak orang-orang miskin, orang orang tua yang tak mampu lagi bekerja dan anak anak yang tidak ber-ayah dan ber-ibu, bersedih, menangis mengenangkan nasib mereka diantara orang-orang yang sedang bergembira.
Ketika takbir mulai menggema dihari raya nanti, ada anak yatim membukakan matanya, bukan baju baru yang ia lihat, bukan pula deretan kue dan makanan lezat yang tersedia dimeja makan. Akan tetapi yang ia lihat adalah baju lusuh dengan raut wajah ibu dan ayahnya yang bertengger didinding rumahnya. Ketika orang-orang di sekelilingnya bergembira ria, sang anak yatim bersedih menangis, kepada siapa ia mengadu, kepada siapa ia tundukkan wajahnya, ketangan siapa ia akan ciumkan bibirnya untuk meluahkan kasih sayang dan bermaaf-maafan. Ayahnya sudah lama pergi, ibunya pun sudah lama meninggal, kakak abang pun tak peduli karena kemiskinan. Ketika orang lain bergembira, ketika disekelilingnya anak-anak lain didekap, dicium dan dimanja. Sang anak yatim jangankan baju baru, jangankan pelukan, dekapan dan ciuman dari orang terdekat. Makanan dan minuman pun tidak tersedia.
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil hamd…
Mengapa kita tidak berkaca dari sejarah Rasulullah; ketika rasulullah melihat seorang gadis kecil, berbaju lusuh yang menangis menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, bersedih melihat sekolompok anak kecil lainnya yang sedang bergembira ria bersama ayah dan ibunya di kota Madinah. Rasulullah kemudian meletakkan tangannya dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya: "Wahai anakku, mengapa engkau menangis..? Bukankah hari ini adalah hari raya..?.
Dengan suara lirih, gadis itu bercerita kepada Rasulullah SAW. "Pada hari raya yang suci ini, anak-anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan penuh kebahagiaan. Anak-anak bermain dengan riang gembira di depanku. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika dulu saat hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia." "Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah dan kemudian ayahku meninggal di dalam peperangan tersebut. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi..?".
Hati Nabi langsung terenyuh, sambil membelai rambut gadis yatim itu, Nabi berkata; "Wahai Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu..? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu. Bagaimana pendapatmu tentang usulku ini..?" Gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Dia menatap dengan penuh perasaan dan memastikan bahwa di hadapannya adalah Rasulullah SAW. Anak yatim itu kaget sekaligus bahagia sampai bibirnya tidak bisa berucap dan hanya menganggukan kepala. Rasulullah pun menggandeng tangan mungilnya ke rumah Aisyah. Sesampai di rumah; Rasulullah sendiri yang menyisirnya dan member sihkan badannya dengan penuh kasih sayang. Dibantu Fatimah, gadis itu dipakaikan baju bagus dan diberi makanan serta uang saku. Dia lalu dipersilakan untuk bermain dengan anak-anak lainnya. Teman-teman gadis itu heran, lalu bertanya, "Gadis kecil, apa yang telah terjadi..? Mengapa kamu terlihat sangat gembira..?" Dengan senyum mengembang, gadis kecil itu menjawab, "Akhirnya aku memiliki seorang ayah dan ibu..!". Ayah dan Ibuku adalah Rasulullah Muhammad Saw. dan Ummu Aisyah r.a.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….!
Kita semua adalah anak yang dilahirkan dari seorang ibu. Mungkin ayah dan ibu kita sudah tiada atau mungkin ayah dan ibu kita jauh diujung kampung sana. Atau jika mereka sedang bersama kita, cobalah pegang tangan jemari mereka. Rasakan aliran kasih sayang yang tidak pernah terputus kepada kita. Bayangkan, bagaimana ibu kita melahirkan dengan bertaruh nyawa bersimbah darah untuk kita. Atau bagaimana susahnya ayah kita membesarkan dengan bekerja di tanah lapang, sampai-sampai kulitnya terbakar oleh panasnya matahari. Berterima kasihlah, bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan untuk berkorban dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dengan Idul Adha ini, menyadarkan kita akan arti penting dari berkorban. Sebab masih banyak orang disekeliling kita yang membutuhkan pengorbanan dari kita dan inilah peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana kita ketahui bahwa pengorbanan adalah perbuatan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dan pengorbanan yang diterima itu, hanyalah pengorbanan dari orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Marilah masing-masing kita, menjadi contoh dalam memunculkan nilai pengorbanan, Kita mulai dari diri kita sendiri, kita mulai dari rumah tangga kita, kita tunjukkan di masyarakat kita, di tempat kita bekerja, dan dimanapun kita berada, sebagai apapun kedudukan kita. Sesungguhnya semua itu akan kembali kebaikannya kepada kita; yaitu kita akan semakin dekat dengan Allah SWT.
Mudah-mudahan, melalui momen Idul Adha ini, kita berjuang untuk menjadi pribadi yang berani berkurban dengan segenap harta kekayaan, fikiran, tenaga waktu, perasaan. Sebab, ketika ruh masih dikandung badan, rezeki berlimpah ruah, akal masih berputar sehat, mata masih terang memandang, tangan masih kuat menggenggam, maka tak ada alasan untuk tidak berqurban. Sebab apabila masa kematian telah sampai, dimana diperlihatkan surga atau neraka di pelupuk mata. Maka waktu tak akan dapat diputar lagi kebelakang, yang ada hanyalah penyesalan.
Jika pernah tangan digunakan untuk bergotong-royong membangun masjid itulah yang akan menyelamatkan kita, jika pernah tangan mengusap kepala anak yatim itulah yang akan menyelamatkan kita, jika pernah malam terbangun di saat orang lain tertidur pulas, melawan rasa kantuk yang begitu berat, itulah yang akan menyelamatkan kita, jika kita qurbankan harta kekayaan, fikiran, tenaga waktu, perasan dengan penuh ikhlas kepada Allah itulah yang akan menyelamatkan kita… Aamiin…. Allahhumma Aamiin..
Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa lillahi al-hamd..
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….!
Akhirnya marilah kita berdoa memohon kepada Allah SWT agar semua ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Ya Allah, ya Rahman, limpahkanlah Rahman Rahim-Mu. Curahkanlah hidayah-Mu sehingga kami dapat meraih keridhaan-Mu. Hanya kepada Engkaulah kami mempercayakan diri kami. Janganlah Engkau membiarkan kami berjalan sendiri tanpa kendali hidayah-Mu.
Ya Allah...... Ya Allah, ya Rahim, kami mempersembahkan ke hadirat-Mu, sekelumit pengorbanan berupa hewan kurban, yang nilainya jauh tak sebanding dengan luas pemberianmu dan kasih sayang-Mu, yang tiada terhingga banyaknya dan kami tidak mampu memperhitungkannya.
Ya Allah perkenankanlah kami untuk sampai ke Mekkah, Madinah, dan Arafah untuk menjadi tamu-Mu menjalankan ibadah haji. Berikanlah kami rezeki untuk menjadi haji mabrur. Anugerahkanlah ridha-Mu dan sayangilah kami.
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين و على آله وصحبه والتابعين. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ، رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن,وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Comments
Post a Comment